Kalau dulu pas masih kecil, berteman dengan cowok tidak ada rasanya. Bertemu biasa saja. Kenalan, malu malu, semua seperti sesuatu yang tidak ada yang istimewa. Tahun berganti tahun, hari berganti hari, dan semuanya menjadi berubah.
Kini ada sesuatu yang berbeda di hati manakala bertemu dengan dia. Kalau ditanya sesuatu itu apa, pasti kamu juga tidak bakalan ngaku itu apa. Sebab rasanya aneh. Seperti senang seperti bahagia. Tapi mendadak seperti gelisah dan rindu. Berubah-ubah tiada menentu.
Kalau ketemu dengannya ada rasa deg degan. Ada yang bergetar-getar perlahan lahan. Mendadak gugup tidak bisa mengendalikan ucapan. Gerak gerik menjadi kikuk. Salah tingkah selalu. Padahal tidak ada masalah. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tetapi kenapa bisa begitu?
Paling tidak bisa kalau harus menatap matanya. Bawaannya pengen menunduk terus. Padahal di tanah juga tidak ada apa apa. Tapi mata tidak berani menatap, meski hanya sebentar saja. Kalau mencoba nekad, pasti bawaanya tidak bisa tidur. Kebayang bayang terus tatapannya yang indah, salah salah malah sampai kebawa hingga mimpi. Duh, dalamnya ya sampai ke dalam mimpi segala.
Nah, inilah yang disebut dengan cinta itu. Kamu baru saja merasakan gejolaknya. Merasakan fenomenanya. Merasakan riuh rendahnya. Merasakan kejutan kejutannya. Hati yang selama ini diam tanpa sentuhan, menjadi mendadak selalu ingin diperhatikan.
Dulu tidak pernah menggubris soal penampilan. Aksi tomboi dengan celana panjang dan kaos laki pun tak jadi masalah. Tapi kini semua jadi berubah. Lebih doyan di depan kaca, poles sini poles sana. Aneka bedak, penghalus, perona wajah sudah akbrab menari nari di wajah. Dandan ala wanita dewasa. Semua itu demi apa, demi cinta!
Sekarang rajin memakain baju cewek. Pakai kerudung anggun memesona. Menghias diri dengan segala yang nampak feminin. Agar semakin cantik dan semakin dilihat bahwa kamu sudah menjadi remaja.
Hati hati Memiliki Cinta
Sudah banyak di luar sana, remaja yang salah memelihara cinta. Memberi segalanya, demi sebuah pembuktikan hati, bahwa “aku mencintaimu, maka aku adalah milikmu.” Padahal mencintai itu wajar, tetapi memfollow upi cinta dengan maksiat itu adalah sesuatu yang kurang ajar.
Cinta pertama bisa jadi hanyalah sekedar naksir. Melihat dia paling menarik dari sekian banyak teman di sekolah. Melihat dia paling menawan dari sekian banyak kawan. Tetapi bisa jadi ia segera hilang seiring waktu berjalan. Kamu semakin dewasa, dan kamu semakin paham akan dunia. Bahwa di dunia ini segalanya bersifat sementara.
Senang dan cinta bisa berubah menjadi sedih dan perih. Maka mencintai di awal remaja jangan terlalu tergila-gila. Jangan terlalu asyik dengan madunya, karena bisa jadi itu hanya tipuan mata. Dia tidak setulus yang kamu kira. Dia hanya main main kata indah yang terdengar telinga. Jadi hati hatilah memiliki cinta. Cintailah Allah saja, dengan begitu Allah akan menumbuhkan cinta halal untuk mu, dia dan orang yang kita cinta.
Sumber : Catatan Ustadz Burhan Shadiq
0 komentar:
Posting Komentar