Oleh : Zulkifli, M.H.I
(Tokoh Pemuda Sekarbela dan Pengasuh PP Nurul Islam Sekarbela)
Kita ini terlalu banyak menggunakan waktu, tenaga, dan
pikiran untuk sesuatu di luar diri kita. Juga terlalu banyak energi dan potensi
kita untuk memikirkan selain diri kita, baik itu merupakan kesalahan,
keburukan, maupun kelalaian. Namun, ternyata sikap kita yang kita anggap
kebaikan itu tidak efektif untuk memperbaiki yang kita anggap salah.
Jangankan mengubah Sekolah, mengubah diri kita sendiri saja
tidak mampu. Kita sangat menginginkan siswa-siswa berubah, lebih rajin, lebih
disiplin, tapi kenapa merubah sikap kita sendiri saja tidak sanggup. Jawabnya
adalah: kita tidak pernah punya waktu yang cukup untuk bersungguh-sungguh
merubah diri sendiri. Kita hanya sibuk mengkritik orang lain.
Boleh jadi orang yang banyak memikirkan diri sendiri itu
dinilai egois. Pandangan itu ada benarnya jika kita memikirkan diri sendiri
lalu hasilnya juga hanya untuk diri sendiri. Tapi yang dimaksud di sini adalah
memikirkan diri sendiri, justru sebagai upaya sadar dan sungguh-sungguh untuk
memperbaiki yang lebih luas.
Perumpamaan yang lebih jelas untuk pandangan ini adalah
seperti kita membangun pondasi untuk membuat rumah. Apalah artinya kita
memikirkan dinding, memikirkan genteng, memikirkan tiang sehebat apapun, kalau
pondasinya tidak pernah kita bangun. Jadi yang merupakan titik kelemahan
manusia adalah lemahnya kesungguhan untuk mengubah dirinya, yang diawali dengan
keberanian melihat kekurangan diri.
Pemimpin manapun bakal jatuh terhina manakala tidak punya
keberanian mengubah dirinya. Orang sukses manapun bakal roboh kalau dia tidak
punya keberanian untuk mengubah dirinya. Kata kuncinya adalah keberanian.
Berani mengejek itu gampang, berani menghujat itu mudah, tapi, tidak sembarang
orang yang berani melihat kekurangan diri sendiri. Ini hanya milik orang-orang
yang sukses sejati.
Orang yang berani membuka kekurangan orang lain, itu biasa.
Orang yang berani membincangkan orang lain, itu tidak istimewa. Sebab itu bisa
dilakukan orang yang tidak punya apa-apa sekalipun. Tapi, kalau ada orang yang
berani melihat kekurangan diri sendiri, bertanya tentang kekurangan itu secara
sistematis, lalu dia buat sistem untuk melihat kekurangan dirinya, inilah calon
orang besar. Calon orang yang sukses sejati.
Mengubah diri dengan sadar, itu juga mengubah orang lain.
Walaupun dia tidak mengucap sepatah katapun untuk perubahan itu, perbuatannya
sudah menjadi ucapan yang sangat berarti bagi orang lain. Percayalah, kegigihan
kita memperbaiki diri, akan membuat orang lain melihat dan merasakannya.
Memang pengaruh dari kegigihan mengubah diri sendiri tidak
akan spontan dirasakan. Tapi percayalah, itu akan membekas dalam benak orang.
Makin lama, bekas itu akan membuat orang simpati dan terdorong untuk juga
melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Ini akan terus berimbas, dan
akhirnya seperti bola salju. Perubahan bergulir semakin besar.
Membicarakan dalil itu suatu kebaikan. Tapi pembicaraan itu
akan menjadi bumerang ketika perilaku kita tidak sesuai dengan dalil yang
dibicarakan. Jauh lebih utama orang yang tidak berbicara dalil, tapi berbuat
sesuai dalil. Walaupun tidak dikatakan, dirinya sudah menjadi bukti dalil
tersebut. Mudah-mudahan, kita bisa menjadi orang yang sadar bahwa kesuksesan
sejati diawali dari keberanian melihat kekurangan diri sendiri. Amien
ya Rabbal ‘Alamin…
Setelah
melihat kekurangan yang ada pada diri kita, maka kita dapat membuat rencana
untuk memperbaiki diri. Akan tetapi yang sering menjadi kendala adalah
kesalahan persepsi dalam memahami konsep perubahan. Kita sering membuat
statement “Gimana kita bisa menjadi guru profesional sementara pemerintah
jarang memberikan kita kesempatan untuk pelatihan, seminar, workshop, dan lain
sebagainya. Kita hanya mengandalkan orang lain untuk merubah diri kita. Padahal
sebenarnya tidak ada seorangpun yang dapat merubah nasib kita kecuali diri kita
sendiri. Hal ini sudah ditegaskan di dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 11 yang
berbunyi:
إِنَّ اللهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْا مَا
بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya
Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri.”
Memang orang lain dapat memberikan
andil yang dalam perubahan diri diri, akan tetapi bila kita sendiri tidak mau
berubah, bagaimanapun seseorang berusaha merubah kita maka itu akan sia-sia
saja. Karena perubahan itu akan terjadi bagi orang-orang yang mau merubah
dirinya sendiri.
Sumber : Catatan Pak Zul
Sumber : Catatan Pak Zul
0 komentar:
Posting Komentar